Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jacob Ereste : SatuPena Jawa Timur Mengukir Sejarah Batu Nisan Sastrawan Martinus Dwianto Setyawan

Jumat, 01 Agustus 2025 | 06.55 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-31T23:55:56Z

 




kontakpublik.id, SERANG--Gagasan SatuPena, Jawa Timur untuk menulis tentang kiprah Martinus Dwianto Setyawan, seorang penulis yang telah berkontribusi bagi dunia sastra Jawa Timur patut  diapresiasi sebagai penghargaan terhadap profesi seorang penulis dengan menerbitkan sebuah buku yang memuat tulisan tentang sosok yang bersangkutan dalam bentuk puisi, esai atau puisi esai yang menggambarkan kenangan dan penghargaan terhadap Martinus Dwianto Setyawan.


Inisiatif yang genial ini, sesungguhnya tidak hanya penghargaan dan penghormatan semata, tapi kesadaran serta pemahaman spiritual terhadap mereka yang telah berkarya dan memberi kontribusi yang bernilai abadi sifatnya, sehingga layak diabadikan juga kiprahnya untuk dikenang -- atau menjadi bahan permenungan -- bagi generasi mendatang, bahwa pada masanya pernah ada sosok seorang yang telah melakukan kebaikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui karya serta aktivitasnya yang nyata.


Gagasan serupa sudah berulang kali digagas dan disosialisasikan penulis untuk mengenang sosok aktivis yang ada, khususnya di Jakarta. Mulai dari Doli Yatim, sebagai tokoh penggerak penolakan terhadap hasil amandemen UUD 1945 sejak awal disahkan pada tahun 2002, Muchtar Pakpahan sebagai tokoh gerakan kaum buruh yang sangat fenomenal pada era Orde Baru, AE Priyono sebagai penulis dan aktivis dan Muhammad Taufik wartawan yang gigih melakukan perlawanan melalui karya dan aktivitasnya, serta Muchtar Efendi Harahap, wartswan, penulis dan aktivis pergerakan sejak di Yogyakarta (1978) hingga di Jakarta,  hanya Agus Santoso (Lenon) yang dapat dapat direalisasikan oleh Isti Nugroho dengan menerbitkan satu buku kenangan yang ditulis oleh  kawan-kawan aktivis sepermainan dengan beliau bisa terbit tepat pada peringatan 40 wafatnya.


Karena itu, gagasan dan keinginan SatuPena Jawa Timur untuk menerbitkan buku kenangan bagi tokoh sastra perlu didukung, agar frekuensi serupa dapat memberi sinyal kepada seluruh pemangku kepentingan untuk menghargai sosok seorang tokoh -- termasuk dalam bidang lainnya -- sebagai penanda, jika tidak bisa disebut sebagai "batu nisan" keabadian untuk menandai jejak perjalanan seorang tokoh yang telah mendedikasikan ilmu dan pengetahuannya dalam bentuk apapun yang positif kepada bangsa dan negara ini yang belum terbebas dari kebodohan serta kemiskinan dalam arti luas. Tak hanya sebatas finansial belaka.


Gagasan dan inisiatif SatuPena Jawa Timur  untuk menerbitkan buku kenangan bagi sosok Martinus Dwianto Setyawan sungguh sangat terpuji, manakala bisa terwujud. Sehingga dapat memulai gerakan kesadaran dan pemahaman terhadap perlunya memberi penghargaan terhadap mereka yang telah berjasa dalam pengertian sosial, moral serta spiritual bahwa peran warga masyarakat sipil hanya mungkin mendapat apresiasi dan penghargaan dari gagasan dan inisiatif masyarakat sipil sendiri, karena memang tidak mungkin berharap dari pihak pemerintah, termasuk Kementerian maupun lembaga kebudayaan yang terkait dengan peran -- berikut segala pengorbanan yang telah dilakukan -- untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia yang tidak kecil nilainya itu.


Harapan untuk menerbitkan buku kenangan terhadap seorang tokoh masyarakat yang telah cukup berbuat banyak dan pantas untuk ditauladani oleh generasi berikutnya, sangat diharap bisa terwujud dan sukses. Karena tidaklah berlebih bila gagasan dan inisiatif untuk menerbitkan beragam kesan dan kenangan terhadap tokoh yang bersangkutan -- yang ditulis oleh beragam penulis dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang pengalaman pribadi itu -- dapat memperkaya khazanah literasi kita di Indonesia yang semakin tergusur dan tersingkir.


Semoga keinginan SatuPena Jawa Timur untuk menerbitkan  buku untuk Martinus Dwianto Setyawan dapat terwujud dan sukses. Sehingga bisa memberi gairah -- sebagai bagian dari gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual tidak hanya sebatas laku pribadi yang bisa diwujudkan dalam satu kebersamaan pandangan serta pemikiran kolektif yang bersatu dalam satu bingkai luhur terhadap mereka yang telah tiada. Namun telah menanamkan benih pemikiran, permenungan yang genial bagi kita.Pasar Baru, 30 Juli 2025 (red)

×
Berita Terbaru Update