Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jacob Ereste Nilai-Nilai Spiritual Yang Universal Dalam Puasa

Minggu, 16 April 2023 | April 16, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-04-16T14:59:17Z


Kontakpublik.id.-SERANG-Bulan suci ramadhan itu karena merupakan puasa untuk mensucikan diri dari segala perbuatan yang jelek, berdusta, ingkar janji dan khianat bukan hanya pada bangsa dan negara bagi pejabat pemerintah, tapi juga bagi orang per orang yang berdusta atau berbohong, ingkar janji dan khianat.

Berpuasa pada bulan ramadhan itu juga -- disebut bulan suci -- karena harus dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan sikap sombong, abgkuh, iri hati dan dengki serta sikap mau menang sendiri karena menganggap apa yang menjadi pikirannya, ide sendiri adalah yang paling benar dari pendapat atau pikiran orang lain.

Karena itu sikap egoisme, kikir, pelit, mau untung sendiri, suka menyalahkan orang lain dan tak mau menerima atau sekedar mendengar usulan atau pendapat orang lain, haris dibersihkan dalam menjalankan ibadah puasa di bulan danadhan.

Puasa pada hari dan bulan biasa -- bukab ramadan -- acap dilakukan oleh banyak orang -- tak hanya sebatas umat Islam. Artinya, laku spiritual serupa ini berlaku untuk umum, bagi siapa saja yang mampu memetik manfaat dan hikmah dalam melakukan puasa. Hanya saja bepuasa pada bulan ramadhan ini bagi umat Islam menjafi sangat spesial dan istimewa karena langsung diperintahkan oleh Allah SWT sebagai bagian dari rukun Islam yang permanen, sehingga sifatnya menjadi wajib.

Yang menarik tentu saja pemahaman terhadap kewajiban berpuasa selama bukan ramadhan setiap tahun, pasti ada maksud dari Allah SWT untuk wajib menunaikan nya.

Dalam prakteknya, seusai melafas niat puasa, makna dari tidak majan dan tidak minum sejak waktu imsak hingga waktu berbuka menjelang maqrib,   bisa dipahami selama berpuasa itu mereka yang melakukannya harus menahan diri --  tak sekedar dalam bentuk fisik  -- jasmaniah semata -- tetapi juga perlu juga secara rohaniyah.

Dakam olah jasmaniah dan olah rohaniah inilah peran nalar dan akal sehat diperlukan untuk mencerna makna dalam upaya mempekuat raga dan jiwa untuk mengembalikan fitrah manusia yang sejati sebagai khalifah di muka bumi.

Jadi berpuasa itu tidak sekedar berlapar-lapar dan haus semata. Karena lapar dan haus sekedar jadi pengantar jiwa dan ruh untuk memasuki wilayah spiritual yang lebih jauh dan luas, sehingga tidak mungkin mampu dijangkau oleh akal nanusia sejenius apapun, kecuali hanya  dengan keyakinan dan kepercayaan yang bergetar dari lubuk hatinya yang jujur, tulus dan ikhlas atas segala yang datang dan menghampiri hidupnya yang cuma sejenak, hingga kemudian mati dalam pemahanan akal yango dangkal berpisahnya ruh dari jasad yang hanya mampu disaksikan oleh para malaikat.

Pada lain waktu atau hari biasa -- berpuasa gemar dikakukan orang dari berbagai suku, bangsa maupun beragam agama. Karena puasa -- termasuk cara dan kebiasaan para Nabi -- sugguh tak hanya akan mendatangkan babtak hikmah, tetapi juga cara terbaik mengetuk pintu langit dalam perjalanan spiritual yang mengasyikkan. Sebab dengan cara berpuasa -- tirakat dan sejenis laku spiritual lainnya -- godaan duniawi mampu diatasi. Karena itu, pilihan melakukan gerakan kebangkitan dan kesadaran spiritual seperti yang telah digagas dan dimotori oleh GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) bersama Forum Negarawan mengidolakan lahir dan tampilnya pemimpin nasional berbasis spiritual untuk menyelamatkan bangsa hingga kemudian negara Indonesia yang sedang diambang keambrukan.  (Red)

×
Berita Terbaru Update