Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jacob Ereste : Pendidikan dan Pembelajaran Jangan Sampai Berbuah Petaka dan Karma

Minggu, 06 Juli 2025 | 16.14 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-06T09:14:19Z

 





kontakpublik.id, SERANG--Pendidikan dan pembelajaran yang mencerdaskan intelektual dan spiritual, tidak dapat berhenti pada hapalan, tetapi harus berlanjut dan meningkat pada tingkat pemahaman dan penghayatan agar dapat mengimplementasikan dalam realitas kehidupan untuk menghasilkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.


Jika tidak, pendidikan dan pembelajaran hanya akan menjadi formalitas belaka sebagai citra diri yang tidak perlu dan tidak memberi manfaat bagi kehidupan yang penuh tantangan dan godaan, sebatas akal-akalan saja atau bahkan untuk memperdaya orang lain guna mendapat keuntungan pribadi atau citra diri. Itulah sebabnya masalah ijazah bodong menjadi persoalan yang serius, karena telah menipu dan mencederai akal sehat masyarakat umum yang merasa dikadali dan dikibuli dengan cara yang sangat konyol.


Karena itu, pendidikan dan pembelajaran yang baik harus dilakukan dengan penuh kesadaran serta rasa tanggung jawab yang terliput secara lengkap --  komprehensif -- dalam cakupun intelektualitas dan spiritualis yang bisa saling menuntun berperilaku baik dan benar dalam memanfaatkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual agar mendekati tata nilai manusia paripurna yang tak cacat moral maupun etika dalam menggunakan kedua jenis dan bentuk dari kecerdasan tersebut.


Kecerdasan intelektual pada dasar bekerja pada wilayah pengembaraan akal dan pikiran untuk menemukan keputusan logika yang sehat. Sedangkan kecerdasan spiritual beranjak dari kedalam hati dan berpuncak pada ketinggian hati yang suci, tanpa terkontaminasi oleh akal busuk dan kedengkian maupun kepongahan hati. Sehingga, pendidikan dan pembelajaran yang sempurna melahirkan kebijakan-kebijakan yang berkepribadian luhur, tidak sombong, tidak pongah dan selalu merunduk seperti pada yang padat berisi untuk memenuhi nutrisi hidup yang harus terus bergiat memaknai hakekat hidup yang lebih berarti, sebelum akhirnya mati.


Dalam terminologi ilmu dan pengetahuan, para ahli pendidikan merumuskan bahwa ilmu dan pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan pembelajaran yang memperkaya pengalaman hidup, berikutnya adalah ilmu dan pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu, seperti yang telah dibuktikan oleh Tuhan kepada para Nabi serta Rasul untuk disampaikan dan dibagi-bagikan kepada manusia untuk menjaga kesempurnaan hidup yang mendekati standar mutu dan kualitas illahi Rabbi.


Karena itu, laku spiritual untuk memperoleh kecerdasan spiritualis yang terdekat dalam kesempurnaan, perjalan spiritual terus berlanjut sampai akhir hayat yang tidak pernah dapat diduga dimana ujungnya sampai ke liang kubur. Maka itu dalam tahmid melafaskan ayat-ayat langit seperti zikir  bagi seorang sufi adalah menyalurkan segenap vibrasi dari ayat-ayat langit itu keseluruhan pembuluh tubuh sehingga dapat menjadi energi ekstra yang dapat menyembuhkan segala rasa sakit bahkan rasa takut yang tidak perlu mengganggu kenikmatan hidup sehari-hari. Karena itu rasa lapar dan haus hingga kondisi yang miskin dalam bentuk material -- harta dan kekayaan -- acap terkesan diabaikan dalam laku spiritual yang semakin jauh masuk ke wilayah sakral hingga acap tak mampu dipahami oleh banyak orang.


Artinya, pengamalan ilmu, pengetahuan hingga keahlian dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan dan pembelajaran itu pada level berikutnya tidak hanya pemahaman dan pengamalan dari segenap kecerdasan intelektual maupun kecerdasan spiritual yang telah dimiliki, tapi yang lebih penting lagi adalah menjadikan semua kemampuan yang telah dimiliki itu sebagai energi diri yang positif untuk mengkal segenap bentuk yang bernilai negatif.


Begitulah peran dari kecerdasan intelektual yang dibimbing oleh kecerdasan spiritual agar tidak berbuat jahat, menjauhi maksiat serta tipu daya serta akal-akalan yang culas yang merugikan orang lain maupun diri kita sendiri. Sebab, kejahatan dan keculasan seperti apapun yang sempurna dan dapat luput dari jeratan hukum positif akan tetap dihadang oleh hukum Tuhan yang tidak mungkin dihindarkan. 


Celakanya hukuman Tuhan yang paling pedih itu tak hanya menyadari pelaku utamanya saja, tapi akan mengena kepada siapa saja yang terlibat dan ikut menikmati hasil kejahatan yang telah dilakukan oleh yang bersangkutan bersama siapa saja yang ikut menikmati hasil kejahatan tersebut. Maka itu, tak sedikit aparat penegak hukum yang mengalami hidup yang tragis sebelum masuk ke liang kubur. Artinya pendidikan dan pelajaran itu sesungguhnya dapat berasal dari pengalaman hidup yang kelam untuk mereka yang jahat. Tapi juga dapat diperoleh melalui pengalaman hidup yang baik-baik dan pasti akan menikmati hidup yang lebih baik. Karena itu, ketika hidup telah dihujani oleh cercaan dan makian hingga sumpah serapah dari banyak orang yang tak terbilang riuh dan kegaduhannya, boleh jadi semua cemooh yang dilontarkan itu akan menjadi semacam rintihan do'a yang akan dikabulkan dengan ganjaran minimal setimpal dengan perbuatan dan perilaku degil dan keculasannya. Banten, 6 Juli 2025 (red)

×
Berita Terbaru Update