Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jacob Ereste : Penulis Itu Telah Mati (Bagian Keenam)

Sabtu, 02 Maret 2024 | Maret 02, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-03-03T00:48:13Z


Kontakpublik.id,BANTEN-Saat peringatan hari kematian penulis itu, beberapa kawan karibnya yang telah sukses dalam berkarier maupun mengumpulkan hart benda yang terbilang wah jumlahnya, sepakat bertandang datang ke rumah duka yang mereka duga akan mengadakan acara khusus seperti biasanya yang dilakukan oleh keluarga Muslim yang taat memegang tradisi Ahlul Sunah Waljama'ah. Namun di rumah kontrak almarhum itu tidak ada acara apa. Sehingga semua anggota keluarga almarhum tampak menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Bahkan mereka menerima silaturrahmi sahabat dan sobat almarhum itu dengan tampilan wajah yang riang gembira. Nyaris tak ada satu gores pun kesan duka yang tersisa di wajah mereka.

Justru karena dalam suasana  riang dan gembira ini semua anggota keluarga almarhum yang berwajah tawar dan datar itu,  menambah jumlah tanya dalam benak sejumlah sahabat dan sobat almarhum, sehingga sangat meyakinkan bahwa mereka semua tidak cukup mengenal karakter maupun sifat keluarga almarhum yang sesungguhnya.

Beragam tanya yang bersemayam dalam batok kepala sahabat almarhum ini, justru bertambah rumit karena mereka pun salah menduga, tentang acara peringatan untuk melantunkan
do'a bersama yang tidak sama sekali diadakan oleh pihak keluarga.

"Ya, memang nggak ada acara apa-apa Om", ujar putri almarhum yang tampak lebih tegar wajahnya menerima realitas kehidupan nyata yang merundung keluarganya.

" Beberapa diantara kami tadi sudah melakukan do'a bersama secara khusus seusai solat magrib", imbuh Putri almarhum itu tanpa ekspresi yang bisa diterka oleh siapa pun, sesungguhnya apa yang mampu membentuk suasana yang begitu terkesan nyaman dam tenteram, tiada ada beban, seperti umumnya suatu keluarga yang baru ditinggal mati oleh anggota keluarga inti yang sangat berperan dalam rumah tangga tersebut.

Hingga akhirnya, Karto Glinding yang mempersilahkan rekannya yang menjadi sponsor utama dalam silaturahmi serta kunjungan kekeluargaan itu mengungkapan harapan mereka untuk almarhum, mulai dari hasrat mengadakan acara tahlilan hingga janji kepada almarhum semasa hidupnya untuk memberinya sebuah kendaraan agar mobilitas dan aktivitas dapat berjalan lancar.

Yang menarik, semua keinginan yang baik itu, diucapkan terima kasih oleh pihak keluarga secara serempak. Karena yang lebih penting bagi almarhum sekarang memang do'a, utamanya dari pihak keluarga. Meski begitu, menurut salah seorang anak almarhum sungguh sangat baik juga do'a yang dilalukan sahabat dan sobat almarhum, setidaknya dapat menambah keyakinan dan ketegaran semua anggota keluarga bisa menerima kenyataan hidup tetap harus mereka hadapi.

Meski demikian, toh pemberian kendaraan yang tertunda untuk diberikan kepada almarhum itu dulu pun, ditolak dengan halus oleh pihak keluarga. "Sebab yang memerlukan kendaraan itu dahulu adalah almarhum. Sedangkan kami, anak dan cucunya sudah merasa lebih dari cukup dengan apa yang ada, termasuk sejumlah harta benda peninggalan dari almarhum yang memang tidak seberapa jumlahnya, kata anak almarhum yang lain ikut menimpali obrolan dalam suasana dingin namun cukup menegangkan juga.

Sambil menyuguhkan minuman hangat dan panganan yang sangat sederhana itu, keluarga almarhum yang lain pun ikut nimbrung sekedar untuk menambah kehangatan suasana, jika dulu almarhum sangat berharap semua karya tulisnya dapat dibukukan. Tapi realitasnya, baru sekarang ada yang berminat untuk menerbitkannya. Namun atas kesepakatan keluarga, karya tulis almarhum semasa hidupnya biarlah menjadi monumen apa adanya saja seperti sekarang.

Demikian juga kendaraan yang hendak diberikan kepada almarhum dahulu itu, mereka  ucapkan terima kasih, serta saran agar diberikan kepada orang lain saja yang mungkin sangat membutuhkannya. Sebab semua itu mungkin saja merupakan hasrat dan keinginan almarhum sema hidupnya, tapi kini yang beliau butihkan adalah ketenangan dan kedamaian disisi Tuhan, kata anak perempuan almarhum yang tampak menjadi juru bicara keluarga dalam momen yang sangat menggugah hati sahabat dan sobat almarhum yang merasa sangat menyesal atas keterlambatan untuk berbuat baik  pada almarhum semasa hidupnya. Termasuk penolakan yang santun dari pihak keluarga untuk disponsori mengadakan acara tahlilan yang hendak dibiayai sepenuhnya oleh sahabat dan sobat almarhum. Justru dari pihak keluarga almarhum mengatakan mungkin sudah bisa lebih dari cukup dengan mendo'akan saja almarhum dalam kesempatan yang dapat kita lakukan pada saat teringat dan senggang mengenang semua kebaikan almarhum semasa hidup, seraya memaafkan semua kesalahan dan menyimpan keburukan beliau yang pernah kita rasakan bersama beliau.

Semua sahabat dan sobat almarhum itu tampak terperangah takjub, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, kecuali kekaguman yang menggelegak di benak mereka. Sebab anak dan cucunya  almarhum dalam pandangan mereka justru lebih dahsyat ketegaran hidupnya dibanding almarhum sendiri.  (Red)

×
Berita Terbaru Update