kontakpublik.id, JAKARTA-Ada dugaan Thohir bersaudara mengkonsolidasi sejumlah konglomerat super kaya demi meraih ⅓ penyumbang ekonomi RI tersebut untuk menangkan Prabowo-Gibran.
Dugaan bahwa saat ini bandar politik berkonspirasi untuk membajak demokrasi dengan modal ribuan triliun punya target Pilpres satu putaran. Boy Thohir secara terbuka menyodorkan peta kekuatan para pemodal besar tersebut.
"Mulai dari Djarum Grup, Sampoerna Grup, Adaro Grup, siapa lagi, pokoknya grup-grup semua ada di sini, ada Ninin, the richest wanita in Indonesia, dan semuanya Pak," ujar Boy Thoir dalam acara Relawan Erick Thohir Alumni Amerika Serikat di Plaza Senayan, Jakarta, Senin 22/1/2024
Prabowo Subianto hadir dan mengakui: "Kehormatan besar, baru saya paham sekarang kenapa saya dua kali kalah pilpres, karena dulu saya enggak diundang ke sini".
Tersirat Prabowo mengakui dua kali dicurangi lantaran tanpa sokongan Boy Thohir dan kawanan konglomerat. Kini berbalik membongkok pada rezim Jokowi dan oligarki. Di jalan gelap itu, Prabowo dijamin bakal menang satu putaran.
Keterlibatan oligarki dengan modal besar di ruang demokrasi punya daya rusak dan ancaman bagi kedaulatan politik rakyat. Mereka tidak peduli meski banyak protes rakyat bermunculan karena merasa demokrasi disandera pemodal besar.
"Tindakan Boy Thahir dan kelompok konglomerat yang berada di lingkar kekuasaan jelas bikin gaduh. Karena diduga kecurigaan publik atas peran oligarki yang merusak demokrasi sangat nyata. Ini saja saja Hak dan kedaulatan politik rakyat terancam diberangus." Ungkap Pengamat hukum politik Suta Widhya, Rabu(24/1/2024) pagi di Jakarta.
Diketahui bahwa, pengakuan Prabowo dalam pertemuan pengusaha kaya tersebut, bahwa dirinya dua kali kalah dalam Pilpres karena tidak disokong oleh jaringan oligarki terasa ambivalen atas sikap yang dinyatakan Prabowo saat Debat Capres 2019.
"Menurut kami pertemuan Boy Thahir dan pemodal besar jelang pemungutan suara 14 Februari 2024 harus disimak serius oleh semua pihak, baik itu oleh Tim Sukses 03 (GAMA) maupun Tim Sukses 01(AMIN). Demokrasi di tanah air jangan sampai takluk oleh kepentingan oligarki," lanjut Suta.
Suta paham perkataan Bung Karno yang mengakui bahwa perjuangan dirinya dan kawan-kawan saat berjuang tahun 1945 jauh lebih ringan dari pada perjuangan generasi saat ini. Dulu Soekarno - Hatta (Soetta) dan kawan-kawan melawan bangsa asing, tapi sekarang kita semua melawan bangsa sendiri.
Sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer pun menyindir dalam Tetralogi Bumi Manusia, "Minke, kau pikir bangsamu menjajah tidak lebih kejam dari apa yang kami (Belanda) lakukan."
Hingga saat ini banyak pakar hukum tidak mampu berbuat. Apalagi para pemegang kebijakan di instansi masing-masing. Mereka tunduk pada sistem yang menghisap kemerdekaan hakiki bangsa ini. Mereka abaikan Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang intinya adalah melawan kapitalisme dan liberalisme. (Rudi Bako)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar