kontakpublik.id, PULOMAS--Untuk memperingati hari Sumpah Pemuda 10 November 2025, Forum Kreator Era Artificial Intelligence (AI) dengan dukungan Denny JA Foundation menyelenggarakan Lomba Menulis Esai Nasional hingga batas waktu dua hari lagi, karena pengumuman pemenangnya akan segera dirilis pada 17 November 2025 dan pembagian hadiah serta e-sertifikat yang disediakan oleh panitia penyelenggara.
Menurut Panitia Penyelenggara, 30 esai terbaik akan dicetak dalam satu antologi buku sebagai bonus. Yang tak jelas adalah mengapa usia peserta harus dibatasi minimal berusia 18 tahun. Lalu bagaimana dengan nasib penulis yang lebih muda untuk bisa menyalurkan bakat dan minat menulis di Indonesia yang perlu dibina sejak usia dini. Misalnya untuk Cucu saya yang baru berusia 13 tahun harus ngegerundel karena tidak memiliki kesempatan untuk ikut lomba dan menguji hasil karya tulisnya layak atau tidak menjadi konsumsi publik.
Bagi Cucu saya, memang atau kalah itu masalah yang kesekian bagi dirinya, karena yang terpenting baginya adalah menguji kelayakan karyanya itu, bermutu atau tidak. Kecuali itu, dia ingin memperoleh keyakinan diri bahwa karya tulisnya itu tidak hanya mendapat perhatian dari Sang Kakek. Lalu persyaratan yang terkesan ganjil untuk ikut menjadi peserta lomba menulis esai ini tertulis "terbuka untuk umum"..Artinya, bagi menurut Sang Cucuku, dirinya tidak termasuk katagori yang disebut umum itu. Lantaran terganjal oleh batasan usia yang dianggap tidak cukup untuk menjadi peserta lomba yang cukup bergengsi ini. Padahal, dia sendiri sudah melumat habis referensi yang dipersyaratkan pihak panitia untuk membaca sejumlah artikel maupun rujukan ekstra lainnya untuk memenuhi persyaratan lomba yang sudah cukup dia miliki untuk ikut lomba menulis.
Sejujurnya juga, Sang Cucu mengakui data pikat dan daya dorong lomba menulis -- tidak hanya esai -- seperti memberinya energi tambahan untuk menekuni tulis menulis. Sehingga berbagai pemikiran dan gagasan yang lumayan berat telah menjadi konsumsi bagi dirinya yang cukup berminat menjadi penulis. Karena dia pun mulai memahami betapa pentingnya untuk memiliki kemampuan menulis. Dimana minat baca hingga menulis di Indonesia terbilang sangat rendah bila dibanding dengan minat baca kaum remaja di negara lain.
Bagi Cucu saya yang memiliki minat untuk menjadi penulis, momentum lomba menulis esai seperti yang dilaksanakan oleh Forum Kreator Era AI sangat baik dan tidak boleh diskriminatif, seperti membatasi usia minimal. Sebab ada kesan "pelecehan intelektual" yang tidak ilmiah dan tidak rasional. Sehingga terkesan menganggap enteng anak remaja berbakat yang ingin tumbuh dan berkembang dengan putik-putik pemikiran dan gagasan jenial yang patut dan layak disandingkan dengan karya kaum intelektual lainnya. Karena masalah mutu dan kualitas tulisan -- isi, bahasa dan gaya cerita -- harus dikompetisikan agar dapat terus ditingkatkan kualitas dan nilai mutunya dengan karya penulis yang lain. Disamping itu, toh racikan menu setiap koki memiliki ciri khasnya tersendiri. Artinya, cita rasa sayur lodeh bisa diracik dan dibuat oleh setiap orang, terapi rasanya sangat mungkin berbeda dan tak harus sama rasanya yang nikmat dari masakan koki yang berbeda.
Apalagi tema lomba penulisan esai ini terkesan menantang dengan bertanya tentang "Mungkinkah AI Menggantikan Pemimpin Manusia". Setidaknya, Artificial Intelligence adalah ciptaan manusia. Dan AI sendiri tidak mungkin dapat menciptakan manusia. Ya, minimal AI tidak memiliki rasa (hati) filing dan insting hingga sentuhan kamusiaan serta keyakinan kepada Tuhan. Sebab AI hanya sekedar mesin -- pekerja seperti petugas partai yang sudah berasa cukup untuk menjalankan titah partai partai politik yang juga tidak memiliki ruh seperti AI.
Walau begitu, Cucu saya tetap menitipkan salam takzim dan hormat kepada panitia penyelenggara lomba menulis Esai Era AI, sebab dengan begitu minat baca dan minat menulis bagi kawula muda Indonesia dapat terus dipertahankan --jika pun tidak bisa untuk ditingkatkan supaya tidak menjadi generasi yang dungu ketika kelak harus ikut memasuki era Indonesia Emas yang tak lama lagi akan menyongsong dengan berbagai ragam dan macam tantangan yang lebih berat dan rumit. Tapi melalui aktivitas menulis -- yang pasti akan mendorong minat baca yang serius dan tekun -- cakrawala dunia yang gelap pun bisa diterawang melalui referensi pustaka yang memperkaya diri -- tidak perlu risau pada kemiskinan materi -- begitulah petuah dari esensi nilai-nilai spiritual yang mampu melampaui material maupun intelektual, kata Sang Cucu mengutip fatwa Sang Kakek. Pulomas, 8 November 2025 (red)
