Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jacob Ereste : Lalu Spiritual Yang Sejati Mampu Mengatasi Sikap Rakus dan Tamak Semua Hasrat Birahi

Senin, 13 Oktober 2025 | 06.58 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-12T23:58:03Z

 




kontakpublik.id, SERANG--Kecerdasan spiritual itu meliputi sopan santun, tata kerama, tutur dan kata, gerak dan laku yang pantas -- tak berlebih dan juga tak kurang, sehingga tidak terkesan minder atau rendah diri serta tidak over akting -- berkelakuan norak dan sensasional untuk mendapat perhatian yang tidak perlu dilakukan.


Karena itu laku spiritual itu bersifat dan bersikap sederhana, rendah hati, bersahaja tidak sombong, dan tidak over konfiden apalagi sampai harus merendahkan orang lain. Jadi sikap dan sifat yang harus diperoleh dari laku spiritual itu adalah kebersahajaan, jujur, ikhlas serta tawadduk, menghargai orang lain baik yang tua maupun yang muda, serta penuh empati sebagai penghormatan terhadap orang lain maupun untuk diri sendiri.


Karena itu sikap pongah, tamak, kemaruk dan rakus untuk semua hal dapat dihindari, sehingga sikap dan sifat kesederhanaan dapat terjaga dengan konsisten. Tidak tergoda oleh hal-hal yang tidak perlu dan tidak terlalu penting untuk dimiliki atau dinikmati. Lantaran yang terpenting dari segenap aktivitas dan kegiatan yang dilakukan untuk kemaslahatan orang banyak serta wujud ibadah kepada Tuhan yang mencurahkan kepada manusia untuk selalu dan terus menerus menebarkan kebaikan.


Adapun bentuk kebaikan itu bisa saja berusia harta benda, tetapi tidak kalah penting adalah nasehat, pendapat agar yang orang yang bersangkutan tidak sampai sesat dan salah melakukan pilihannya yang bisa merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.


Begitulah pepatah kuno yang mengatakan untuk saling asah, saling asih dan saling asuh. Berbagi ilmu, menebar kasih dan saling menjaga antara yang satu dengan yang lain. Dan semua itu patut untuk diekspresikan kepada sesama manusia, alam dan Sang Maha Pencipta jagat raya dan seisinya ini. Oleh karena itu, laku spiritual perlu dimulai sejak usia dini dengan tahapan kemampuan sebisa mungkin sehingga dapat mengalir dalam denyut darah dan nadi selama hidup dan kehidupan mm masih terus berlanjut. Itulah sebabnya, jalan spiritual itu sangat panjang dan jauh, sejak lahir hingga baru berakhir ketika memasuki liang kubur.


Artinya, kecerdasan dan kemampuan spiritual itu lebih penting dan urgen dibanting kecerdasan dan kemampuan intelektual yang masih tidak berdaya untuk mencegah manusia yang menekuni untuk tidak berbuat serong, selingkuh, khianat, tidak konsisten, mencla-mencle bahkan pembohong dan mau menipu daya orang lain, termasuk menipu dirinya sendiri dengan gelar atau ijazah palsu.


Namun di dalam laku spiritual yang sejati, etika, moral dan akhlak mulia sebagai manusia dapat terjaga. Kendati hidup   harus menghadapi berbagai kekurangan dan keterbatasan terutama dalam segi finansial. Memang tragikanya orang acap melihat kekurangan finansial ini sebagai nista, sehingga berbagai bentuk dan cara harus dilakukan -- secara terpaksa -- agar tidak sampai dianggap sebagai manusia yang nista. Meski untuk itu semua -- lantaran melabrak hak orang lain, seperti korupsi dan melakukan tindak kejahatan lainnya yang tergolong kriminalitas -- justru akan membuat kenistaan yang sesungguhnya lebih buruk, lebih biadab atau lebih tercela dari segala sifat dan sikap yang terburuk.


Jadi, kecerdasan dan kemampuan spiritual yang tidak mampu mengatasi perilaku jahat seperti tersebut di atas, itu pertanda dari laku spiritual yang palsu. Artinya, kepalsuan yang terjadi itu tidak hanya sebatas ijazah dan gelar palsu, tapi juga dalam praktek laku dari spiritual yang palsu. Dan laku spiritual yang palsu itu, sesungguhnya tidak perlu, sebab spiritual itu gunanya hanya untuk diri pribadi. Tak ada urgensinya dengan orang lain, atau publik. Sehingga tak ada delik hukum, kecuali sandi moral dan sangsi sosial untuk diri sendiri. Jadi bisalah disebut laku spiritual yang sejati dan murni itu mampu mengatasi sikap rakus dan tamak dari semua hasrat birahi hewani yang tidak terkendali. Termasuk kekuasaan yang telah membuat banyak orang mabuk dan hilang kendalinya seperti yang marak terjadi sekarang ini. Banten, 12 Oktober 2025 (red)

×
Berita Terbaru Update