kontakpublik.id, SERANG--Artificial Intelligence maupun ChatGPT yang menjadi salah satu bentuk penerapan artificial Intelligence (AI) khususnya dalam bidang natural language processing (NLP) --- kemampuan mesin untuk memahami, menghasilkan dan merespon bahasa manusia. Fenomena AI maupun ChatGPT ini menunjukkan manusia semakin dijauhkan dari dalam frekuensi spiritual yang sesungguhnya ada dalam diri manusia untuk memperkuat identitas kamusiaan yang ditandai minimal oleh tata etika dan moral yang baik serta akhlak mulia yang merupakan anugrah Tuhan yang harus dijaga dan dikembangkan getaran frekuensinya agar bisa mencapai langit.
Isyarat nyata yang dapat dipahami bagi manusia ketika ada kewajiban untuk melakukan amar ma"rub nahi munkar itu, bahwa apa yang harus dilakukan manusia itu tidak sekedar kebaikan untuk manusia di bumi dan memelihara jagat raya ini sebagai ciptaan Tuhan, tapi juga membangun jalinan yang baik dan mesra dengan Tuhan melalui penempaan diri dalam bentuk spiritual.
Cara kerja artificial Intelligence maupun ChatGPT berdasarkan data yang ada. Sedangkan spiritual menuju kepada yang dianggap banyak orang tak ada. Serba gaib dan tak kasat mata. Karena itu sungguh membingungkan ketika aktivis senior Indra Adil Menorehkan Adab dan Akhlak Pada ChatGpt yang tersebar dalam berbagai media, akan menimbulkan kegamangan bagi banyak pengguna artificial Intelligence (AI) maupun ChatGpt sebagai salah satu bentuk penerapan AI khususnya dalam bidang Natural Language Processing (NLP), yaitu kemampuan mesin untuk memahami, menghasilkan dan merespon bahasa manusia lewat tulisan
ChatGPT sendiri memang dibangun berdasarkan model AI berbasis machine learning dari keluarga GPT (Generatif Pre-trained Transformer). AI sendiri hingga memungkinkan ChatGPT untuk belajar dari miliaran contoh teks, sehingga bisan menjawab pertanyaan, berdiskusi, menulis atau membantu membuat analisis yang diperlukan manusia yang menggunakannya.
Jadi, ChatGPT adakah contoh nyata bagaimana AI digunakan untuk berinteraksi secara cerdas dalam bahasa alami manusia. Tapi bagaimana pun ceritanya kedua makhluk yang merisaukan Indra Adil ini, tetapi tidak akan seperti manusia yang memiliki ruh, perasaan dan batin pemberian langsung dari Tuhan. Sehingga bagaimana pun tidak mungkin dikalahkan oleh ciptaan manusia yang serba terbatas.
Masalahnya dalam artikel yang ditulis Indra Adil berjudul "Menorehkan Adab dan Akhlak Pada ChatGPT", begitu mencemaskan fungsi dan peran manusia yang menggunakan AI maupun ChatGPT, yang pertama bahwa kedua mesin tersebut sangat ditakutkan akan menjadi penguasa alam penciptaan tanpa tandingan. Padahal, logikanya, mana mungkin ciptaan Tuhan akan kalah dengan ciptaan manusia. Jadi masalahnya, tinggal bagaimana kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual manusia dapat didayagunakan secara maksimal untuk tetap memposisikan kedua mesin yang cerdas itu sebagai alat. Bukan sebagai penentu dalam mengambil keputusan.
Kedua, kecemasan Indra Adil, bahwa AI dan juga ChatGPT akan menjadi "Super Manusia" sehingga super manusia itu akan sama dengan Tuhan. Tentu saja klaim ini sangat berlebihan, karena jika manusia tetap dapat dan mampu menggunakan kecerdasan spiritualnya, maka kecerdasan kedua mesin tersebut tetap tidak akan membuat manusia tergelincir untuk memposisikan dirinya sebagai Tuhan.
Maka itu, permintaan Indra Adil untuk para pembacanya bisa membayangkan suatu saat AI -- dengan kecerdasan tanpa batasnya itu -- kelak memiliki keinginan berkuasa, harap diketahui bila kedua mesin cerdas itu tetap sebagai mesin -- yang cuma bisa bekerja -- namun tidak memiliki rasa untuk berkehendak seperti manusia.
Sayangnya, Indra Adil terlanjur terprovokasi oleh pernyataan Elon Musk yang pongah mengatakan bahwa suatu saat kelak AI akan jauh lebih berbahaya ketimbang bom nuklir. Semua itu hanya akan terjadi bila manusia sebagai pengguna alat mesin tersebut keblinger, lupa diri hingga bisa diperalat oleh alat yang sesungguhnya tidak setara dengan kemampuan serta keahlian manusia yang menciptakannya.
Atas dasar itu wajar, bila kemudian Indra Adil terkesan semakin takut dan
bingung untuk melakukan apa yang bisa diperbuat oleh manusia guna mencegah AI maupun ChatGPT yang bisa mengancam manusia seperti ledakan bom nuklir tersebut. Sebab bayang ketakutan yang dibangun dengan perasaan penuh ketakutan dan kecemasan memang akan melahirkan bayangan yang lebih menakutkan di luar batas kemampuan imajinasi yang liar dan tidak terkendali.
Informasi tambahan yang disampaikan Indra Adil tentang para ahli IT dunia sudah mulai memikirkan untuk mengendalikan AI agar tidak menjadi monster yang brutal, yang mampu menguasai dunia dan seisinya, semakin mengesankan hantu buatan yang diciptakan itu memang dibangun dari kerangka kecemasan yang berlebihan. Karena AI dan ChatGPT dapat dijinakkan dengan gampang dengan cara yang bijak menggunakannya tetap sebagai alat, bukan peralatan yang dibiarkan untuk memperalat manusia yang lebih mulia dan senantiasa terjaga oleh Tuhan. Demikian juga anggapan terhadap AI maupun ChatGPT yang akan ssemakin cerdas dan mampu menjawab apapun sehingga manusia akan sangat tergantung kepada AI atau ChatGPT dalam setiap persoalan yang dihadapi manusia, agaknya terlalu berlebihan. Karena dari ramalan sumir serupa ini dapatlah dipastikan tidak akan pernah terjadi dan terwujud, sebab manusia memiliki ruh, jiwa dan batin yang tidak dimiliki oleh AI maupun ChatGPT yang semakin canggih sekalipun. Sebab AI dan ChatGPT tidak memiliki nafsu dan keinginan yang unik seperti yang dianugerahkan oleh Tuhan hanya kepada manusia sebagai makhluk-Nya yang paling sempurna. Jadi mana mungkin robot AI dan ChatGPT bisa disandingkan dengan manusia sebagai ciptaan Tuhan. Namun bagaimanapun, pemikiran dan kecemasan Indra Adil yang berada pada wilayah spiritual ini sungguh menarik untuk ikut memantik percepatan dari gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual yang sangat diperlukan untuk memperbaiki kerusakan dan carut marut di negeri kita ini. Ibarat seperti roda kendaraan yang sudah bocor keliling, memang hanya bisa dibenahi dengan ketekunan keikhlasan melakukannya dalam etika, moral dan akhlak yang terpimpin oleh kecerdasan spiritual. Itulah penyebab dari kerusakan yang ada di negeri kita. Bukan karena tidak cerdas, tetapi tidak bermoral.
Jadi kekhawatiran terhadap AI dan ChatGPT tidaklah perlu dicemaskan. Sebab untuk sekedar pacaran saja, AI tidak memiliki gairah secuil pun. Apalagi untuk bercinta dan memiliki cita-cita mempunyai anak dan keturunan yang soleh dan solihah. Sebab AI dan ChatGPT tidak memiliki jiwa dan ruh. Dan memang, AI dan ChatGPT tidak akan pernah mati, karena keduanya memang tidak bernyawa. AI dan ChatGPT hanya akan berfungsi dan berperan ketika diberi tempat oleh manusia untuk berperan, tetapi tidak memutuskan apa-apa karena keputusan tetap menjadi hak mutlak milik manusia yang menggunakannya. Karena AI dan VhatPGT itu bukan makhluk hidup, dia hanya mesin pembantu manusia untuk merumuskan banyak hal, tetapi tidak pernah memiliki peran untuk ikut mengeksekusi apa yang harus dilakukan kemudian. Karena semuanya tetap menjadi otoritas sepenuhnya milik manusia. Selebihnya adalah otoritas Tuhan yang tak ada kuasa bagi manusia memiliki sepenuhnya otoritas tersebut.
Meski begitu, toh tabik dan salut pada Bang Indra Adil yang tetap responsif dan bersemangat untuk tetap ikut menjaga wilayah spiritual manusia Indonesia dalam usia senjanya yang tetap progresif menatap masa depan bangsa dan negara Indonesia yang tidak boleh dibiarkan rusak, karena memang harus dibentengi oleh kecerdasan spiritual yang sungguh dibutuhkan untuk merawat dan memperbaiki kerusakan negeri ini yang sudah sangat parah. Karena carut marut negeri kita hanya bisa diperbaiki dengan etika, moral dan akhlak mulia yang benar. Banten, 25 Juli 2025 (red)