kontakpublik.id, SERANG--Menulis itu penting dan perlu untuk menjaga akal sehat. Karena menulis itu mendorong keinginan untuk lebih banyak membaca serta memperkuat daya nalar dan ingatan agar dapat diperluas, setidaknya bisa memperlambat kepikunan bagi mereka yang telah berusia lanjut atau semakin terasah tajam daya analisis dalam melihat suatu masalah untuk diselesaikan.
Kreativitas seorang penulis sangat tidak mungkin dapat dilakukan bila tidak banyak membaca. Bentuknya, bisa saja membaca literasi hingga kejadian nyata yang dihadapi sehari-hari dengan cara mencermati dan menelusuri peristiwa tersebut secara lebih mendalam dengan cara melihat kemungkinan dari kejadian itu dengan peristiwa yang lain, sekiranya memiliki keterkaitan atau hubungan -- sebab akibat -- yang ada dalam peristiwa tersebut.
Seperti sudah menjadi semacam kodrat, kegemaran seorang penulis umumnya gemar mengelana, berjalan menuju berbagai obyek yang ingin diketahuinya. Atau semacam pengembaraan spiritual untuk mencerahkan pemikiran guna mengetahui hal-hal yang baru untuk memperkaya khazanah pengetahuan yang belum menjadi perhatian banyak orang. Meski begitu tidak pula menutup kemungkinan dari hal-hal yang dianggap biasa-biasa saja itu dapat menjadi obyek penulisan yang menarik, karena memang luput dari perhatian banyak orang.
Pengembaraan spiritual dan intelektual pun bisa berkisar di dalam perpustakaan, ruang baca pribadi yang tersedia di rumah atau kantor. Karena itu, koleksi buku bacaan dari berbagai disiplin ilmu -- yang dianggap menarik oleh penulis yang bersangkutan -- akan memenuhi meja kerjanya di kantor atau di rumah.
Jadi hasrat menulis itu memiliki nilai-nilai keuntungan yang positif -- memperkaya diri dengan kepustakaan pribadi -- sehingga tidak tersilau dari hal-hal yang bersifat materi. Setidaknya, 10 ribu buku akan lebih bernilai dari 10 juta uang yang kelak bisa ditinggalkan sebagai bagian dari warisan untuk generasi penerus masa depan yang harus lebih cerah dan terang benderang dalam suasana hati yang riang gembira serta penuh kebahagiaan.
Pada intinya idealisme seorang penulis itu adalah memberi kesaksian kebenaran -- kendati tidak mungkin dapat diterima oleh semua orang -- lantaran pasti ada satu diantara pembaca yang tidak setuju dengan premis atau pendapat maupun pekabaran yang kita sampaikan. Sanggahan atau ketidaksepakatan diantara pembaca itu bisa saja sangat subyektif yang merujuk pada tata bahasa -- bukan inti masalah yang hendak disampaikan -- sebab suka cita selera bahasa setiap orang akan ikut berperan dalam menentukan kesepakatan maupun sanggahan yang akan muncul kemudian.
Namun begitu, apapun tanggapan atau sanggahan yang diberikan terhadap tulisan yang kita sajikan, tetap saja harus dipahami dengan positif sebagai apresiasi, kendati dalam bentuk sanggahan atau penolakan yang diberikan oleh pembaca. Setidaknya, tulisan itu telah menggugah yang bersangkutan untuk berpikir dan mencerna muatan nilai informasi atau publikasi yang kita sampaikan melalui tulisa.
Kebiasaan menulis sejak usia dini akan sangat bagus menjadi penunjuk akal sehat untuk terus berkembang hingga menemukan titik fokus dari suatu obyek penulisan atau suatu bidang yang dapat menjadi pilihan terbaik untuk missi dan visi yang dianggap paling ideal untuk ditekuni serta di dalami dalam menekuni profesi sebagai penulis.
Bisa saja minat menulis itu tumbuh setelah usia dewasa atau bahkan ketika memasuki usia pensiun -- sebagai pengisi waktu -- kendati acap mengalami banyak kendala dalam teknik dan cara mengemas ide atau gagasan yang hendak dipaparkan. Sehingga mungkin saja hanya berhenti sebatas arsip untuk dinikmati bagi kalangan yang sangat terbatas. Toh, tidak semua tulisan harus dipublikasikan. Namun yang pasti, menulis itu dapat menjadi cara untuk menjaga akal sehat, agar tidak ngelantur atau pikun dalam menyampaikan pendapat di kalangan terbatas atau dimuka umum.
Yang tidak kalah pasti, kegemaran menulis itu -- terlepas dari keinginan untuk dipublikasikan atau tidak -- dapat menjadi terapi psikologis yang sehat dan banyak manfaatnya. Jika pun tidak sampai menempatkan bahwa karya tulis itu sebagai wujud nyata dari ukiran indah yang akan menghias batu nisan kita sendiri.Banten, 13 Mei 2025
Paparan ini khusus didedikasikan untuk patriotku yang kelak akan mewarisi masa depan Indonesia yang lebih baik dan lebih indah.
(Red)