Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jacob Ereste : Fondasi Budaya Nasional Yang Kuat dan Tangguh Dapat Menjadi Pertahanan, Ketahanan Bangsa & Negara Indonesia Maju & Berkembang

Rabu, 30 April 2025 | 06.56 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-29T23:56:34Z

 



kontakpublik.id, SERANG--Upaya untuk mengolah data dan kemampuan serta  kecerdasan spiritual jelas menunjukkan usaha untuk memahami diri sendiri untuk tampil lebih sederhana, ugahari, sopan dan santun berpihak pada etik dan moral yang baik untuk senantiasa menghargai dan menghormati orang lain. Karena itu laku spiritual yang khas dari suku bangsa Timur bergerak ke dalam memasuki kedalam jiwa dan hati yang bersih dan bening untuk memberi cahaya terang dari kegelapan dalam bentuk apapun.


Gerakan perjalan spiritual dari Barat justru cenderung bergerak ke luar dari dalam diri, sehingga acap mencari ketenangan jiwa dan batin di alam terbuka hingga ke puncak gunung yang jarang dijamah oleh banyak orang.


Jadi pengembaraan spiritual suku bangsa Timur -- khususnya Nusantara (Indonesia) memasuki ke kedalaman jiwa dan batin, sehingga di Indonesia ada semacam komunitas atau perkumpulan penghayat kebatinan di berbagai wilayah, terutama di Jawa. Sebagai suatu kepercayaan yang berbeda dengan agama-agama resmi di Indonesia. Karena aliran kepercayaan menekankan pada pemahaman batin, meditasi dan pengenalan terhadap diri sendiri untuk mencapai kedamaian dan kesempurnaan hidup.


Aliran Kebatinan Perjalan (AKP) yang mengajar pada tradisi dan kebudayaan Sunda lebih intens menjalankan ritus keagamaan yang kental bobot spiritualitasnya. Inilah bentuk dari kepercayaan masyarakat daerah yang erat pula dengan budaya Jawa.


Adapun penghayat kepercayaan dianut oleh kelompok masyarakat yang mewarisi sistem kepercayaan leluhur yang turun temurun. Pengakuan dari  pemerintah sejak ada putusan Mahkamah Konstitusi No. 97/PUU-XIV/2016 penghayat kepercayaan boleh mencantumkan "Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa" dalam kolom Kartu Tanda Penduduk resmi dan dokumen lain.


Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) merupakan satu wadah yang memayungi kumpulan kepercayaan yang beragam di Indonesia. Begitulah Ikhwal dari kepercayaan sejak masa purba yang telah melahirkan mitologi serta waracarita dengan memuliakan dewa-dewi, roh leluhur dan roh kekuatan alam yang menghuni air, gunung dan hutan dengan kekuatan supernatural yang acap disebut sebagai Hyang atau Sangian.


Memang agama resmi yang diakui pemerintah Indonesia ada 6, diantaranya adalah Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Katolik dan Konghucu. Namun agama tradisional warisan para leluhur masing-masing suku bangsa yang ada di Nusantara ini cukup banyak. Mulai dari Sunda Wiwitan, Kejawen, Parmalim (Batak), Kaharingan (Dayak) dan Aluk Todolo (Toraja), Sundeng (Suku Sangir), Ada' Mappurondo (Suku Mamasa), Alu' Tojolo (Suku Duri), Halaik (Suku Wana), Aluk Tojolo (Luwu) dan Patuntung (Suku Kajang serta Sanggelo dari  kepercayaan Suku  Tolaki.


Keberagaman model kepercayaan dari suku bangsa Nusantara ini jelas dan pasti telah memberi sumbangan yang banyak untuk khazanah kebudayaan suku bangsa Nusantara yang telah bersepakat menjadi satu bangsa Indonesia yang majemuk dan sangat beraneka ragam adat istiadatnya menjadi puncak dari kebudayaan nasional yang tangguh dan kuat dalam benturan peradaban yang ditengarai oleh para pemikir kelas dunia akan terus terjadi pada masa depan.


Dalam skema global inilah sungguh sangat relevan strategi kebudayaan bangsa dan negara Indonesia harus bangkit bersama potensi dan sumber daya spiritual bangsa Indonesia yang unggul untuk dijadikan fondasi etika, moral dan akhlak manusia yang luhur yang bersandar pada tuntunan serta petunjuk agama guna  mewujudkan rahmatan lil alamin yang berlaku dan bernilai universal sifatnya.


Pertahanan dan ketahanan budaya yang ditopang oleh fondasi keagamaan yang kuat dan ampuh pasti dapat menjadi bagian dari benteng pertahanan negara dan bangsa untuk hidup berdampingan bersama dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang terus berlomba menggamit masa depan yang lebih baik dan lebih membahagiakan. Oleh karena itu, perhatian dan upaya Kementerian Kebudayaan patut memberi prioritas utama memberi tempat terhadap keragaman budaya yang berbasis pada agama-agama tradisi para leluhur untuk menjadi pasak atau semacam tiang penyangga dari  kebudayaan nasional yang akan terus mendapat gesekan atau benturan dari peradaban dunia yang   tumbuh liar seperti semak belukar yang menjarah ke semua arah.Banten, 29 April 2025 (red)

×
Berita Terbaru Update