Kontakpublik.id,BANTEN - Pendidikan yang mengarahkan pada keterampilan memang akan menghasilkan tukang. Pendidikan yang menekankan pada kecerdasan intelektual hanya akan menghasilkan pemikir (perancang, penggagas, penebar ide dan gagasan), tapi dalam prakteknya (implementasi) cenderung lemah.
Itulah orientasi pendidikan berbasis keterampilan dan intelektual. Akan terapi pendidikan yang berbasis akal budi, batin, olah rasa, ketajaman intuisi, kepekaan kepedulian -- yang kesemuanya berbasis kecerdasan spiritual atau jiwa -- memiliki ketajaman atau kepekaan daya abstraksi terhadap rahasia langit. Sehingga tidak cuma tersuruk di bumi yang bergelimang harta, benda, nafsu kekayaan, kekuasaan, ketamakan, kerakusan, kedengkian, kecemburuan dan hasrat untuk menggenggam semua yang bisa diperoleh tanpa perduli terhadap hak orang lain. Apalagi dengan hak alam raya yang harus dijaga kelestarian dan harmonisasinya sebagai penyeimbang bagi makhluk yang ada di dalamnya.
Mekanisme kehidupan makhluk dan jagat raya dengan seisinya tidak bisa dipahami sebagai bagian yang hidup atau berdiri sendiri. Antara yang satu dengan yang lain memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang harus saling mengisi hingga akhirnya bertaut dengan kekuasaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan makhluk-makhluk yang ada.
Karena itu interaksi manusia dengan manusia, termasuk dengan semua makhluk ciptaan Tuhan lainnya dapat menjadi obyek permenungan terhadap betapa Kekuasaan dan Keesaan Tuhan sebagai penguasa jagat bagi manusia tak lupa diri dan pongah. Apalagi sampai semena-mena dan zalim.
Pemahaman pada petuah para leluhur bahwa keharusan untuk belajar itu adalah sepanjang hayat, artinya dapat dipahami agar semakin mendekat diujung usia bisa lebih bijak, ugahari serta tawadduk, bahwa sesungguhnya ialah kebahagiaan, keharmonisan yang terus hidup dan menyala menerangi kehidupan yang hakiki, senantiasa bertaut dengan alam dan Yang Maha Pencipta. Sehingga egosentrisitas diri dan kemanusiaan kita dapat selalu terjaga, sebagai khalifah -- wakil Tuhan yang mulia di bumi.
Setidaknya, pemahaman terhadap rembulan dan matahari serta seluruh planet yang bertaut dengan bumi, bisa dipahami selalu bertasbih kepada Yang Maha Kuasa yang menciptakannya, termasuk diri kita, sebagai manusia yang waras. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar