Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jacob Ereste : Aktivitas Emak-emak Milenial Semakin Fenomenal Mewarnai Aksi Untuk Demokrasi

Sabtu, 30 Maret 2024 | Maret 30, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-03-30T09:22:31Z

 




Fenomena Emak-emak ikut turun ke jalanan melakukan aksi dan unjuk rasa -- mulai dari kecurangan pelaksanaan Pemilu 2024 hingga masalah harga bahan pokok dan Anti Islamophobia -- seperti yang gencar dilakukan Aspirasi Indonesia, boleh jadi karena kejengkelan terhadap aksi dan unjuk rasa yang dilakukan oleh Bapak-bapak terkesan kendor, seperti mereka yang mengidap penyakit lemah syahwat.


Jadi sangat mungkin dalam usaha berjuang untuk mendapatkan perlakuan adil, jujur dan terbuka seperti yang acap dijadikan jargon dalam pelaksanaan Pemilu di Indonesia, mungkin memang harus lebih banyak memeras keringat dan air mata yang bercucuran, sebelum akhirnya harus ditebus juga dengan darah yang berhamburan di jalan.


Kehadiran Emak-emak pada pelbagai event aksi dan unjuk rasa -- atau sekedar sering dalam forum diskusi -- boleh jadi pula menandai masalah yang meresahkan mereka itu sudah sangat amat mengancam dan meresahkan, sehingga Emak-emak alias untuk kaum perempuan Indonesia yang dianggap paling terhormat pada era milenial sekarang ini, seperti telah memaksa mereka untuk meninggalkan kasur, dapur dan sumur untuk ikut bergulat menonjok rezim yang semakin terkesan budek, tak lagi ada rasa malu, sehingga apapun yang hendak mereka lakukan, bisa seenak perutnya mereka sendiri. 


Rezim penguasa di Indonesia hari ini akan menjadi catatan sejarah terkelam dari perjalanan demokrasi yang terpenggal jenis kelaminnya, hingga tak jelas kejantanan atau kebetinaannya. 


Maka itu sebutan untuk Enak-emak di Indonesia sekarang ini --  yang dianggap lebih mulia dari sebutan untuk kaum Ibu atau perempuan serta  kaum wanita -- lantaran telah kehilangan pamor untuk memaknai  peringatan hari Kartini yang sesungguhnya tidak bermakna itu, kecuali sekedar mitos dari kegenitan yang snob. 


Karena memang sosok Emak-emak yang mulia itu tidak bisa diwakili secara personal untuk menggambar sosok wanita Indonesia secara keseluruhan. 


Apalagi dibilik yang lain masih ada Tjut Nya' Dhien, Dewi Sartika, Rasuna Said dan Laksamana Laut Kemalahayati serta mereka yang lain sengaja dikucilkan dari sejarah.


Karena itu, apa yang dilakukan Emak-emak Indonesia hari ini perlu dicermati dan dicatat, sebab kelak pasti akan menjadi bagian sejarah perempuan Indonesia yang mungkin tidak kalah heroik dan mengagumkan, lewat cara dan pilihan sikap yang telah mereka tentukan.


Setidaknya, kehadiran Emak-emak yang makin marak mewarnai berbagai aksi dan unjuk rasa -- bahkan pada pelbagai forum diskusi maupun seminar -- sungguh menggembirakan, sebab mereka -- setidaknya -- telah berhasil bebas dari kerangkeng dapur, kasur dan sumur yang  dijadikan mitos yang menyesatkan itu. Peran Emak-emak sungguh diperlukan -- jadi sangat nasib bila hendak diabaikan -- setidaknya untuk membangun suasana aksi dan unjuk rasa, tak semua wajah serem kaum lelaki memonopoli pemandangan yang sumpek. 


Karena untuk melawan kezaliman, mungkin perlu juga dihadapi dengan suasana keceriaan dan hati yang riang, sehingga semangat perjuangan tidak sampai kendor, sebelum perjuangan yang dilakukan diraih untuk kemaslahatan bersama. Bukan untuk diri sendiri.


Fenomena menarik dari tampilan Emak-emak milenial pada hari ini -- tak cuma ditandai oleh Aspirasi Emak-emak Indonesia semata, tapi kini tidak kurang dari tujuh kelompok aktivis perempuan di Jakarta yang ikut mewarnai aksi unjuk rasa pada berbagai tempat dan kesempatan.


Kecuali itu -- dalam pengamatan Tim Investigasi Atlantika Institut Nusantara -- telah mencatat  sejumlah perkumpulan aktivis perempuan, baik dalam bentuk RT embrio maupun mereka yang telah memiliki program rutin dan jadual kegiatan yang permanen.


Jadi, kebersamaan dan solidaritas dalam perjuangan kaum perempuan pun harus diiringi dengan etos dan semangat perlawanan untuk menolak kemungkaran, kemunafikan serta pengkhianatan yang  sepatutnya tidak menjadi pencemar kemuliaan manusia sebagai Khalifah Allah  di bumi. 


Banten, 27 Maret 2024

×
Berita Terbaru Update